Ketamin Dan Blok Peritonsiler Untuk Penatalaksanaan Nyeri Post Operasi Tonsilektomi Pada Anak

Autor: Nur Hajriya Brahmi, Doso Sutiyono
Jazyk: angličtina
Rok vydání: 2015
Předmět:
Zdroj: JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia), Vol 7, Iss 2, Pp 114-119 (2015)
Druh dokumentu: article
ISSN: 2337-5124
2089-970X
DOI: 10.14710/jai.v7i2.9824
Popis: Latar Belakang : Nyeri post operasi tonsilektomi pada anak merupakan hal yang sulit dicegah karena daerah orofaring dan fossa peritonsiler merupakan daerah sensitif nyeri, karena dipersarafi oleh cabang nervus trigeminal dan nervus glossofaringeus, di korteks somatik serebral. Blok peritonsiller diketahui mampu memblok ransang nyeri ini hingga 24 jam post operasi, tergantung dari jenis obat yang diberikan. Tujuan : Mengetahui keefektifitasan blok peritonsiler menggunakan ketamin untuk tata laksana nyeri post operasi adenotonsilektomi pada anak, dan memantau komplikasi mual muntah atau efek psikomimetik dari ketamin (nyeri kepala, halusinasi, mimpi buruk, depersonalisasi) post operasi. Metode : dilakukan observasi terhadap anak laki-laki usia 6-8 tahun, masing-masing diwakili oleh 1 pasien yang menderita adenotonsilitis akan dilakukan adenotonsilektomi. Masing-masing mendapatkan perlakuan yang sama yakni premedikasi : midazolam 0,07 mg/kgBB, Induksi dengan propofol 2 mg/kgBB lalu dilakukan cuff dalam dengan sevoflurane, baru dilakukan intubasi. Dexametason 0,1 mg/KgBB intravena diberikan sesaat setelah pemberian propofol. Lama operasi rerata 10 menit, tehnik operasi adalah diseksi dan dilakukan blok peritonsiler sesaat sebelum pasien dilakukan ekstubasi. Blok peritonsiler dilakukan pada fossa peritonsiler dengan menggunakan ketamin 0,2 mg/kgBB diencerkan dengan 2 ampul pehakain, disuntikkan 1 ml posterior dan 1 ml anterior fossa peritonsiler sebelum pasien diekstubasi. Dinilai tingkatan nyeri dengan menggunakan skala wong baker, skala numerik, dan skala FLACC1 pada 15 menit pertama di ruang pemulihan, jam pertama, dan jam ke enam, dan dilakukan observasi adakah mual-muntah maupun efek psikomimetik akibat pemberian ketamin post operasi. Hasil : Hasil penilaian 15 menit pertama diruang pemulihan pada pasien pertama skala wong baker 4, skala numerik 4, skala FLACC 4. Pasien ke dua skala wong baker 2, skala numerik 2, skala FLACC 0. Pasien ke tiga skala wong baker 4, skala numerik 5 dan skala FLACC 2. Hasil penilaian jam ke 1, pasien pertama skala wong baker 2, skala numerik 3, skala FLACC 3. Pasien kedua skala wong baker 2, skala numerik 2, skala FLACC 0. Pasien ke 3 skala wong baker 2, skala numerik 2, skala FLACC 0. Hasil penilaian jam ke 6, pasien pertama skala wong baker 2, skala numerik 2, skala FLACC 0. Pasien kedua skala wong baker 0, skala numerik 1, skala FLACC 0. Pasien ke tiga skala wong baker 2,skala numerik 1, skala FLACC 0. Observasi komplikasi PONV post operasi memberikan hasil 1 dari 3 pasien mengalami mual-muntah, tidak ada pasien yang mengalami nyeri kepala, halusinasi atau gangguan prilaku post operatif. Pasien dipulangkan 8 jam post operasi dengan diberikan analgetik post operasi paracetamol 20 mg/kgBB peroral. Simpulan : Blok peritonsiler dengan menggunakan ketamin dan pehakain sebagai pelarut eektif untuk meminimalkan nyeri post operasi hingga 6 jam post operasi, pada ketiga pasien yang diobservasi. Akan dilakukan penelitian menggunakan jumlah sampel besar untuk menilai keefektifitasan blok peritonsiler ini sebagai manajemen nyeri post operasi.
Databáze: Directory of Open Access Journals