Characteristics and Design of Inong Balee Fort Binding Mortar For Restoration Purposes
Autor: | Muttaqin Hasan, Teuku Budi Aulia, Fido Yurnalis |
---|---|
Jazyk: | English<br />Indonesian |
Rok vydání: | 2020 |
Předmět: | |
Zdroj: | Elkawnie: Journal of Islamic Science and Technology, Vol 6, Iss 2, Pp 302-314 (2020) |
Druh dokumentu: | article |
ISSN: | 2460-8920 2460-8912 |
DOI: | 10.22373/ekw.v6i2.6581 |
Popis: | Abstract: Inong Balee Fort is one of the Islamic Kingdom of Aceh heritage built in 1599 by Admiral Malahayati but several parts of the fortress wall have currently been damaged and the stone removed. Indonesian Government plans to restore the fort and this makes it necessary to examine the characteristics of the fortress mortar with a focus on the chemical composition and mineralogical elements. Therefore, mortar powder samples obtained from the fort walls were tested through X-Ray Diffraction (XRD) and the results showed the main composition of mortar is CaCO3 and SiO2 from a mixture of lime and sand while the others are P2O5, MgCO3, and Al2O3. Meanwhile, two mortar mixtures including 1 lime: 2 sand and 1 cement: 2 lime: 3 sand were designed for restoration purposes and they were both found by the XRD analysis results to have a diffraction pattern similar to Inong Balee Fort mortar. However, mortar with 1 lime: 2 sand has a very low compressive strength subsequently it does not meet the specifications of the SNI 6882:2014 and ASTM C270-19a while mortar with 1 cement: 2 lime: 3 sand has a compressive strength that meets the specifications. Therefore, a mortar with 1 cement: 2 lime: 3 sand is recommended to be used for the restoration of Inong Balee Fort. Abstrak: Benteng Inong Balee merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Islam Aceh yang dibangun pada tahun 1599 oleh Laksamana Malahayati. Saat ini banyak bagian dinding pasangan batu benteng tersebut sudah rusak dan batunya sudah terlepas dari ikatan mortar. Pemerintah Republik Indonesia berencana melakukan restorasi benteng tersebut. Oleh karena itu perlu diteliti karakteristik mortar pengikat dari pasangan batu benteng tersebut, berupa kandungan senyawa kimia dan mineralnya. Metode yang digunakan untuk karakterisasi adalah dengan melakukan pengujian X-Ray Diffraction (XRD) terhadap bubuk sampel mortar yang diambil dari dinding benteng. Hasil pengujian menunjukkan bahwa komposisi utama mortar pengikatnya adalah CaCO3 dan SiO2 yang menunjukkan bahwa mortar tersebut terbuat dari campuran kapur dan pasir. Disamping itu juga terdapat kandungan senyawa P2O5, MgCO3 dan Al2O3. Selanjutnya untuk keperluan restorasi didesain 2 campuran mortar, yaitu mortar dengan campuran 1 kapur : 2 pasir dan mortar dengan campuran 1 semen : 2 kapur : 3 pasir. Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa kedua campuran tersebut mempunyai pola diffraksi yang mirip dengan Benteng Inong Balee. Akan tetapi mortar dengan campuran 1 kapur : 2 pasir mempunyai kuat tekan yang sangat rendah sehingga tidak memenuhi spesifikasi Standar SNI 6882:2014 dan ASTM C270-19a, sedangkan mortar dengan campuran 1 semen : 2 kapur : 3 pasir mempunyai kuat tekan yang memenuhi spesifikasi Standar SNI 6882:2014 dan ASTM C270-19a, sehingga mortar ini disarankan digunakan untuk keperluan restorasi Benteng Inong Balee. |
Databáze: | Directory of Open Access Journals |
Externí odkaz: |