Hubungan Regulasi Emosi dan Subjective Well-Being pada Individu Dewasa Awal yang Mengalami Putus Cinta
Autor: | Amanda Diva Anggraita, Laurentius Sandi Witarso |
---|---|
Jazyk: | indonéština |
Rok vydání: | 2023 |
Předmět: | |
Zdroj: | Jurnal Psikogenesis, Vol 10, Iss 2, Pp 139-153 (2023) |
Druh dokumentu: | article |
ISSN: | 2303-3177 2597-7547 |
DOI: | 10.24854/jps.v10i2.2863 |
Popis: | Dewasa awal memiliki tugas memenuhi kebutuhan akan keintiman dengan menjalin hubungan romantis. Hubungan romantis memiliki tantangan, termasuk putus cinta. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa terdapat dampak dari putus cinta secara emosional maupun kepuasan hidup, yang dapat mempengaruhi kesejahteraan seseorang, sehingga individu pada masa dewasa awal perlu mengelola atau mengatur emosi. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan antara dimensi regulasi emosi dan aspek subjective well-being (SWB). Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain korelasional. Seratus dua puluh lima partisipan penelitian ini diperoleh dengan metode convenience sampling dengan karakteristik berusia 20-30 tahun, mengalami putus cinta dalam kurun 6 bulan terakhir, dan belum menikah atau bertunangan. Data penelitian diperoleh dengan Emotion Regulation Questionnaire, Scale of Positive and Negative Experiences, dan Satisfaction With Life Scale secara daring, kemudian dikorelasikan menggunakan Pearson. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara cognitive reappraisal dengan aspek afektif positif (r = 0.320, p < 0.05) dan negatif SWB (r = -0.283, p < 0.05), serta aspek kognitif (r = 0.258, p < 0.05). Sementara itu, expressive suppression tidak berhubungan signifikan dengan aspek afektif positif (r = -0.024, p > 0.05) dan kognitif SWB (r = 0.068, p > 0.05), hanya berhubungan signifikan dengan pengaruh negatif (r = 0.178, p < 0.05). Cognitive reappraisal dianggap mampu mengurangi afek negatif dan meningkatkan afek positif. Sementara itu, expressive suppression dapat menyebabkan inauthenticity. Temuan tersebut berkaitan dengan faktor budaya kolektif Indonesia sebagai negara Asia yang memperjuangkan keharmonisan. Penelitian selanjutnya dapat memasukkan aspek kepribadian dan faktor pendukung hubungan. |
Databáze: | Directory of Open Access Journals |
Externí odkaz: |