Perbandingan Ekokritik pada Puisi 'Pesan dari Situ' karya Muhammad Bintang Yanita Putra dengan Cerpen 'Situ Gintung' karya Putu Wijaya (Kajian Sastra Bandingan)
Autor: | Alhasanah Zahro |
---|---|
Jazyk: | English<br />Indonesian |
Rok vydání: | 2021 |
Předmět: | |
Zdroj: | CaLLs: Journal of Culture, Arts, Literature, and Linguistics, Vol 7, Iss 1, Pp 67-78 (2021) |
Druh dokumentu: | article |
ISSN: | 2460-674X 2549-7707 |
DOI: | 10.30872/calls.v7i1.5126 |
Popis: | Sastra bandingan merupakan suatu disiplin ilmu yang berfokus pada pembandingan antara sastra dengan sastra, atau sastra dengan bidang lain di luar sastra. Sedangkan ekokritik sastra ialah perspektif menafsirkan sastra dengan mempertimbangkan lingkungan. Pada penelitian kali ini, penulis berusaha menganalisis dan membandingkan puisi berjudul “Pesan dari Situ” karya Muhammad Bintang Yanita Putra dengan cerpen berjudul “Situ Gintung” karya Putu Wijaya. Penelitian ini mengarah pada ekokritik, yang diambil dari pemilihan kata, frasa, klausa, dan kalimat yang memiliki fokus pada hubungannya dengan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan nilai-nilai kearifan ekologi yang terkandung antara kedua objek penelitian untuk mengetahui pesan, makna, serta kritik apa yang diusung oleh pengarang dalam karya sastranya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. teori yang digunakan untuk menganalisis data adalah teori ekokritik Greg Garrard serta teori sastra bandingan. Hasil penelitian menunjukkan puisi dan cerpen sama-sama digunakan oleh pengarang sebagai media penyampaian pesan bahwa alam dan manusia adalah satu kesatuan yang saling mempengaruhi. Puisi “Pesan dari Situ” menjadi media yang dipilih oleh penyair untuk menggambarkan tentang peristiwa Situ Gintung, mulai dari curah hujan, kehendak Tuhan, akibat-akibat serta sebuah pengingat untuk menjaga alam sejak dini—upaya mitigasi bencana. Pada cerpen “Situ Gintung” juga merupakan media yang dipilih oleh pengarang untuk menggambarkan keadaan orang-orang yang peduli terhadap bencana Situ Gintung, ini tergambar melalui tokoh Ami, Pak Amat, dan Chika. Dalam cerpen lebih menyuarakan tentang manusia-manusia yang lalai dalam merawat alam, sehingga menimbulkan bencana. |
Databáze: | Directory of Open Access Journals |
Externí odkaz: |