Nilai Pendidikan Moral yang Terkandung dalam Seni Reyog Ponorogo Sebagai Media Pengembangan Islam di Ponorogo
Autor: | Warsini Warsini |
---|---|
Jazyk: | indonéština |
Rok vydání: | 2022 |
Předmět: | |
Zdroj: | ASANKA, Vol 3, Iss 2, Pp 177-197 (2022) |
Druh dokumentu: | article |
ISSN: | 2723-0007 2722-9998 |
DOI: | 10.21154/asanka.v3i2.4856 |
Popis: | ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sejarah reog, perlengkapan dan busana reog, serta peran reog sebagai media dalam penyebaran agama Islam di Ponorogo. Proses penelitian dilakukan dengan teknik studi literatur yang berasal dari buku dan internet. Reog Ponorogo memiliki nilai moral yang tinggi untuk mendorong sikap hidup cinta tanah air, yang di dalamnya terdapat ajaran yakni, tenang, ketekunan, ketangguhan, siaga, mampu mengantisipasi, perhatian, terampil, trengginas (lincah), dicintai, penyayang, responsif, sasmito (peka), dihormati, penuh wibawa. Setelah reog disempurnakan oleh Batoro Katong, maka pengikut Bethoro Katong semakin banyak. Hal ini membuat Batoro Katong, Kyai Ageng Mirah dan Patih Selo Aji semakin ada cara dalam mengembangkan Islam di Ponorogo kala itu. Makna dari alat musik dan busana pun juga diterjemahkan oleh Batoro katong, seperti udeng, penadhon, kolor (usus-usus). Selain itu, terdapat pula alat musik lainnya seperti terompet, kenong, kempul, saron, slenthem, gender, gambang, siter, kempul, kenong dan gong. Dalam kesenian Reog di dalamnya mengandung makna nilai moral seperti dakwah kepada manusia atau penguasa atau pejabat agar tidak terlalu terpengaruh oleh istrinya sehingga lalai dengan tanggung jawab. Nilai moral selanjutnya adalah larangan zina karena zina adalah perbuatan keji dan terkutuk. Bagi masyarakat yang menonton kesenian reog, hal ini bisa menjadi tontonan sekaligus tuntunan agar mengambil hikmah dibalik kesenian tersebut. Dapat disimpulkan dalam penelitian ini bahwa terdapat hubungan antara seni reog dengan perkembangan Islam di Ponorogo. ABSTRACT This research aimed to describe the history of reog, reog equipment, clothing, and the role of reog as a medium in spreading Islam in Ponorogo. The research uses techniques derived from books and the internet for literature study. Reog Ponorogo has high moral values to encourage a love of the homeland, which include teachings such as calm, perseverance, toughness, alertness, ability to anticipate, caring, skilled, trengginas (agile), loved, compassionate, responsive, sasmito (sensitive), respected, and full of authority. Batoro Katong's fan base increased exponentially after he perfected reog. It made Batoro Katong, Kyai Ageng Mirah, and Patih Selo Aji increasingly find ways to develop Islam in Ponorogo. The meaning of musical instruments and clothing was translated by Batoro Katong, such as udeng, penadhon, and kolor (intestines). In addition, there are also other musical instruments such as trumpet, kenong, kempul, saron, slenthem, gender, xylophone, siter, kempul, kenong, and gong. The art of reog contains the meaning of moral values, such as preaching to humans, rulers, or officials so that they are not too influenced by their wives and are negligent with responsibilities. The prohibition of adultery is the next moral value because adultery is a vile and cursed act. For those who observe the art of reog, this can be both a spectacle and a guide to the wisdom behind the art. This study concludes that there is a connection between reog art and the development of Islam in Ponorogo. |
Databáze: | Directory of Open Access Journals |
Externí odkaz: |