The Interpretasion of 'Wa-‘Allama Ādama Al-Asmā’a Kulla-Hā' (Qs. 2: 31) and its Relation with the Issue of the Origin of Language; Study Text of al-Ùabarī’s, al-Zamakhsharī’s and al-Rāzī’s Commentary on the Qur’ān

Autor: Nurullah Nurullah
Jazyk: Arabic<br />English<br />Indonesian
Rok vydání: 2016
Předmět:
Zdroj: Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, Vol 18, Iss 0, Pp 40-54 (2016)
Druh dokumentu: article
ISSN: 2356-1955
DOI: 10.22373/substantia.v18i0.8981
Popis: This paper will describe the interpretation of the verse 31, and its relation with the issue of the origin of langguage, from three selected commentaries, namely; Jāmi‘ al-Bayān ‘an Ta’wīl āy al-Qur’ān, al-Kashshāf ‘an ×aqā’iq al-Tanzīl, and MafātīÍ al-Ghaib. A close reading of these tree commentaries reveals that there are two interpretation of the word al-asma‘; first, it means every single word that signifies a meaning: nouns, verbs or particle i.e. the names of everything: angels, humans, animals, and inanimate existent includes its qualities, properties and everything relates to objects. This was the same to saying that God had taught Ādam language in its totality. Al-Zamakhsharī and al-Rāzī believe the verse demonstrates that God taught Ādam every language. But unlike al-Zamakhsharī, who seems to suggest that God was pointing to the objects and naming them, al-Rāzī does not explain how this process occurred, whether God educated him or thrown a knowledge (the understanding of language) into his mind. Second, al-Ùabarī who interprets it in a narrow meaning: al-asma‘ means the names of the angels and Ādam’s sons, seems to suggest that God just taught Ādam some languages. Abstrak: Tulisan ini akan mendiskusikan penafsiran dari ayat 31 dan kaitannya dengan isu asal mula bahasa, dari tiga kitab tafsir yaitu: Jāmi‘al-Bayān ‘an Ta’wīl āy al-Qur’ān, al-Kashshāf ‘an ×aqā’iq al-Tanzīl, and MafātīÍ al-Ghaib. Berdasarkan penafsiran dari ketiga kitab tafsir ini ditemukan bahwa terdapat dua pemahaman dari lafaz al-asma’. Pertama; meliputi semua kata yang menunjukkan kepada makna baik kata benda, kata kerja atau partikel dan lain sebagainya. Yakni meliputi nama segala sesuatu termasuk malaikat, manusia, binatang maupun benda mati termasuk kualitas, sifat dan semuanya yang berhubungan dengan objek. Ini bermakna bahwa Allah telah mengajarkan Ódam bahasa secara keseluruhan. Al-Zamakhsharī and al-Rāzī berpendapat, ayat menjelaskan bahwa Allah mengajarkan Ódam semua Bahasa. Namun berbeda dengan al-Zamakhsharī yang nampaknya menerangkan bahwa Allah mengajarkan Ódam dengan menunjuk kepada benda kemudian menamainya, al-Rāzī tidak menjelaskan bagaimana proses itu berlangsung, apakah Allah mengajarkan Ódam atau mengilhamkan pengetahuan kepadanya. Kedua, al-Tabari yang menafsirkan ayat dengan makna yang lebih sempit, di mana al-asma’ pada ayat bermakna nama-nama malaikat dan anak-anak Ódam terkesan memahaminya bahwa Allah mengajarkan Ódam hanya sebagian bahasa saja.
Databáze: Directory of Open Access Journals