TOLERANSI KERAGAMAN PADA MASYARAKAT CIGUGUR KUNINGAN

Autor: Ani Rostiyati
Jazyk: indonéština
Rok vydání: 2019
Předmět:
Zdroj: Patanjala: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya, Vol 11, Iss 1, Pp 65-80 (2019)
Druh dokumentu: article
ISSN: 2085-9937
2598-1242
DOI: 10.30959/patanjala.v11i1.467
Popis: Toleransi pada keragaman perlu dibangun agar masyarakat bisa hidup berdampingan secara damai, baik secara individual maupun kelompok. Masyarakat di Cigugur Kuningan merupakan contoh bagaimana toleransi pada keragaman agama dan kepercayaan terbangun dengan baik. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan faktor apa saja yang menjadi penyebab adanya toleransi dan bagaimana wujud atau bentuk toleransi pada masyarakat Cigugur tersebut. Dari hasil penelitian terungkap bahwa ikatan darah atau kekeluargaan merupakan faktor solidaritas yang tinggi dibanding keyakinan keagamaan. Masyarakat merasa satu keturunan dari Kiai Madrais dan Pangeran Djatikusumah yang menjadi tokoh panutan dan pemersatu. Kesadaran komunitas ini merupakan the sacred yang merupakan bagian dari kepercayaan kolektif (collective belief). Memori kolektif ini sebagai salah satu simpul yang memungkinkan keutuhan masyarakat berkat adanya identitas yang sama. Makna kolektif inilah memainkan peran penting dalam menjaga solidaritas dan keutuhan masyarakat Cigugur Kuningan. Penelitian ini menggunakan metode dokumenter dan kualitatif. Adapun pengambilan data melalui observasi, wawancara, studi pustaka, dan foto. Tolerance to diversity needs to be built so that people can live side by side peacefully, both individually and in groups. The community in Kuningan Cigugur is an example of how tolerance to religious diversity and trust is well established. In particular, the purpose of this study is to reveal what factors are the cause of tolerance and how it manifests or forms of tolerance in the Cigugur community. From the the research revealed that blood ties or familyhood is a factor of high solidarity compared to religious beliefs. The community feels one descendant from Kiai Madrais and Pangeran Djatikusumah who are role models and unifier. This awareness is ”the sacred” which is part of the collective belief. This collective memory is one of the reason that enables the integrity of society caused by same identity. This collectiveness played an important role in maintaining the solidarity and integrity of the community of the Kuningan Cigugur. This research conducted by using documentary and qualitative methods. The research data was collected through observation, interviews, literature studies, and photographs.
Databáze: Directory of Open Access Journals