Ketamin dan Meperidin Untuk Pencegahan Menggigil Pasca Anestesi Umum
Autor: | Budi Yulianto Sarim, Uripno Budiono, Doso Sutiyono |
---|---|
Jazyk: | angličtina |
Rok vydání: | 2011 |
Předmět: | |
Zdroj: | JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia), Vol 3, Iss 2 (2011) |
Druh dokumentu: | article |
ISSN: | 2337-5124 2089-970X |
DOI: | 10.14710/jai.v3i2.6446 |
Popis: | Latar Belakang: Menggigil pasca anestesi merupakan komplikasi yang cukup sering terjadi. Menggigil menimbulkan keadaan yang tidak nyaman dan berbagai resiko. Karena itu menggigil harus segera dicegah atau diatasi. Sampai saat ini obat paling sering digunakan adalah meperidin. Tujuan: Membuktikan bahwa pemberian ketamin 0,25 mg/kgBB intra vena menjelang akhir operasi lebih efektif dari pada meperidin 0,5mg/kgBB intra vena menjelang akhir operasi untuk mencegah kejadian menggigil pasca anestesi umum. Metode: Merupakan penelitian eksperimental dengan desain “randomized post test only controlled group” pada 72 pasien dengan usia 16 – 60 tahun yang menjalani operasi dengan anestesia umum. Tanda vital ( Tekanan darah diastolik dan sistolik, tekanan arteri rerata, laju jantung dan SaO2 ) diukur 5 menit sebelum induksi. Prosedur induksi anestesi umum dilakukan sesuai standar. Temperatur esofagus diukur segera setelah induksi. Lama operasi dibatasi antara 2 -3 jam. Pada akhir operasi, obat inhalasi dihentikan. Setelah nafas spontan adekuat, reflek laringeal positif dilakukan randomisasi. Pasien dibagi menjadi tiga kelompok, dan mendapatkan secara intravena ketamin 0,25 mg/kgBB untuk kelompok 1, meperidin 0,5 mg/kgBB untuk kelompok 2 dan NaCI 0,9% untuk kelompok 3. Ekstubasi dilakukan 5 menit setelah perlakuan. Tanda vital di ukur dicatat segera setelah ekstubasi dan tiap lima menit selama 30 menit. Suhu tubuh diukur segera dan 15 menit setelah ekstubasi. Pasca ekstubasi pasien diberi oksigen 6L/menit. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan One-way ANOVA dan Chi- kuadrat, dengan derajat kemaknaan yaitu p0,05). Terdapat perbedaan bermakna tanda vital antara kelompok 1 dengan kelompok 3 saat setelah ekstubasi. Kejadian menggigil pada grup 1 yaitu 4 orang (16,6%) terdiri dari 3 orang menderita derajat 1 dan 1 orang menderita derajat 2, sedangkan pada kelompok 2 terjadi pada 5 orang (20,8%) terdiri dari 4 orang derajat 1 dan 1 orang derajat 2, hal ini secara statistik berbeda tidak bermakna (p=0,500). Perbedaan suhu tubuh grup 1 dan grup 2 berbeda tidak bermakna (p>0,05). Efek samping obat yang timbul pada kelompok 1 sebanyak 1 penderita mengalami mual, sedangkan kelompok 2 sebanyak 7 penderita mengalami mual dan 2 penderita depresi nafas, berbeda bermakna (p=0,012). Kesimpulan: Ketamin 0,25 mg/kgBB dan meperidin 0,5 mg/kgBB mempunyai efektifitas yang sama dalam mencegah menggigil pasca anestesi umum, tetapi ketamin mempunyai efek samping mual yang lebih rendah dibandingkan meperidin. |
Databáze: | Directory of Open Access Journals |
Externí odkaz: |