Popis: |
Yogyakarta memiliki banyak tokoh kreatif yang menghidupi kota. Tulisan ini membahas delapan tokoh yang memiliki sumbangan dalam bidang seni sebagai bagian dari industri kreatif, yaitu Basiyo (Seni pertunjukan-lawak), Bagong Kusudiarjo (Tari), Sapta Raharjo (musik), Affandi (Lukis), Umar Kayam (Sastra), Edi Sunarso (Pematung), Gito-Gati (Ketoprak), dan Mohammad Diponegoro (Sastra). Data diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumen. Analisis dilakukan untuk mengetahui bagaimana para tokoh melalui nilai dan karyanya dapat membentuk jejaring sosial yang akan membentuk komunitas kreatif dengan inovasi-inovasi kreatif. Berdasarkan pemetaan tokoh dan karyanya ditemukan bahwa kreativitas para tokoh seni ini, meski berbasis pada karya individu dan kolektif, tak bisa disangkal bahwa struktur sosial tetaplah jangkar dari tindakan kreatif. Basiyo, Kayam, Diponegoro, Affandi dan Sunarso berkarya dengan mengandalkan kreativitas individual yang kuat. Namun individualitasnya tetap berjangkar pada kerja kolektif. Karya-karya Raharjo, Kussudiardja dan Gito-Gati merupakan tipe kerja kreatif yang bersifat kolektif. Ditemukan dua jenis pelembagaan ideal yaitu pembentukan museum dan komunitas. Museum sebagai arsip dan pemancar karya-karya warisan dapat ditemukan dalam jejak maestro Affandi; sedangkan community building merupakan warisan dari Raharjo, melalui Komunitas Gayam 16 yang setiap tahun menggelar Festival Gamelan Yogyakarta. Museum Affandi menjadi institusi yang memegang karya Affandi, terbuka untuk umum, dan menjadi ruang belajar kreatif dalam seni, dan sering mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan dunia seni kreatif. |