The Irfan Concept in Sufism and Its Relation to Islamic Philosophy
Autor: | Munandar, Siswoyo Aris, Malikhaturrahmah, Elia |
---|---|
Jazyk: | angličtina |
Rok vydání: | 2021 |
Zdroj: | Aqlania; Vol 12 No 2 (2021): December; 135-160 |
ISSN: | 2087-8613 2656-6605 |
DOI: | 10.32678/aqlania.v12i2 |
Popis: | This study explores the views of experts regarding the relationship between the science of 'Irfan in Sufism, and philosophy. Talking about Sufism cannot be separated from the science of 'irfan. To reach the level of 'irfan, a Sufi must experience spiritual exercises (riyadhah), then gradually go through various phases, known as maqam (levels) and hals (states), which end with knowing (ma'rifat) to Allah SWT. The level of ma'rifat is a jargon that is generally pursued by Sufis. Then when Sufism meets philosophy, can the two synergize with each other? Sufism talks about the heart, while philosophy talks about reason or reason. This description is the reason for the need for research on the relationship between Sufism (irfan) Islamic philosophy. This research is a literature study using a normative approach. The conclusion of this study is that their studies of the soul in a philosophical approach have made many valuable contributions to the perfection of the study of Sufism in the Islamic world. An understanding of the soul and spirit itself is essential in Sufism. Philosophical studies of the soul and spirit were then widely developed in Sufism. Berbicara mengenai Tasawuf itu tidak lepas dari ilmu‘irfankeduanya saling berkaitan, bisa juga dikatakan tasawuf itu‘irfandan‘irfanadalah tasawuf. ‘irfanSecara bahasamakrifatberasal dari bahasa Arab, yaitu kata‘arafa, ya’rifu, ‘irfan, ma’rifahyang berarti pengetahuan atau pengenalan. Untuk mencapai itu seorang sufi jalan yang disebut dengan tarekat Jalan ini dimulai dengan latihan-latihan rohaniah (riyadhah), lalu secara terhadap menempuh berbagai fase, yang dikenal denganmaqam(tingkatan) danhal(keadaan), yang berakhir dengan mengenal (ma’rifat) kepada Allah. Tingkatma’rifatmenjadi jargon yang umumnya banyak dikejar oleh para sufi. Metode untuk mencapai itu banyak cara, setiap sufi memiliki cara cara sendiri diantaranya:Pertama,Riyadhah(kepasrahan diri, menerima dengan ikhlas dan lapang dada atas semua yang diberikan sang Khaliq),Kedua,Tafakkur (tafakkur untuk memperkuat keyakinan tentang kebesaran dan kekuasaan Allah, lalu menjadi suatu sikap yang selalu memotivasi individu, untuk aktif berzikir dan beribadah kepada Allah SWT),Ketiga, Tazkiyat An-Nafs(proses penyucian jiwa manusia. Proses penyucian jiwa dalam kerangka tasawuf ini dapat dilakukan melalui tahadapantakhallidantahalli). Lalu ketika ilmu tasawuf bertemu dengan filsafat apakah keduanya bisa saling bersinergi? Sedangkan ilmu tasawuf membicarakan mengenai hati, sedangkan filsafat membicarakan mengenai akal atau rasio. Oleh karena penulis ingin mendiskusikan relasi antara tasawuf (irfan) filsafat islam. Hasil dari kesimpulan bahwa Kajian-kajian mereka tentang jiwa dalam pendekatan kefilsafatan ternyata baanyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia Islam. Pemahaman tentang jiwa dan roh itu sendiri menjadi hal yang esensial dalam tasawuf. Kajian-kajian kefilsafatan tentang jiwa dan roh kemudian banyak dikembangan dalam tasawuf. Kata Kunci:Tasawuf, maqam, ‘irfan, Filsafat Islam. |
Databáze: | OpenAIRE |
Externí odkaz: |