Fungsi Suhi Ampang Na Opat pada Perkawinan Etnik Batak Toba

Autor: Malau, Febryanto, Amal, Bakhrul Khair, Daud, Daud
Přispěvatelé: Universitas Negeri Medan
Jazyk: angličtina
Rok vydání: 2023
Předmět:
Zdroj: Buddayah : Jurnal Pendidikan Antropologi; Vol 5, No 1 (2023): Juni; 1-6
ISSN: 2549-824X
2549-9173
DOI: 10.24114/bdh.v5i1
Popis: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendeskripsikan fungsi suhi ampang na opat dalam adat perkawinan batak toba sehingga berbeda dengan penelitian relevan sebelumnya. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara tidak terstruktur dan studi literatur, selanjutnya dianallisis dengan mereduksi data, kemudian mengklasifikasikan, verifikasi, menganalisis dengan teori kemudian menarik kesimpulan. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir. Informan penelitian dipilih sejalan dengan kriteria yang ditentukan. Penelitian menunjukkan bahwa ampang merupakan sebuah wadah yang memiliki empat sudut (suhi) sebagai penyokong digunakan sebagai tempat lauk (juhut) dalam adat perkawinan, tepatnya pada acara marsibuhabuhai kemudian implementasikan melalui aspek dalam pihak keluarga pihak laki laki dan perempuan, masing masing berjumlah empat 114, yakni simandokkon, pamarai, sihutti ampang, pamarai dan (simolohon, sijalo bara, pariban, Tulang), keempat aspek berfungsi sebagai penyokong terjalannya suatu adat perkawinan baik dalam bentuk materi, tenaga dan waktu. Penulis juga menemukan adanya resiprositas dalam sistem suhi ampang na opat dan secara bersamaan sejalan dengan teori fungsionalisme (Malinowski), dan strukturalisme (Radcliffe Brown). This study aims to reveal and describe the function of suhi ampang na opat in the Toba Batak marriage custom so that it is different from previous relevant research. The method used is descriptive qualitative research method, data is collected through observation, unstructured interviews and literature study, then analyzed by reducing data, then classifying, verifying, analyzing with theory then drawing conclusions. The research location is in the Harian sub-district, Samosir district, the research informants were selected according to the specified criteria. Research shows that the ampang is a container that has four corners (suhi) as supports used as side dishes (juhut) in traditional marriages to be precise at the marsibuhabuhai event then implemented through aspects of the family side of the male and female parties, each of which is four 114, namely simandokkon, pamarai, Sihutti Ampang, Pamarai and (simolohon, sijalo bara, pariban, Tulang), the four aspects function as supports for the implementation of a marriage custom both in the form of material, energy and time. The author also found that there is reciprocity in the Ampang Na Opat temperature system and simultaneously it is in line with the functionalism theory (Malinowski), and structuralism (Radcliffe Brown).
Databáze: OpenAIRE