Popis: |
Background: The number of elderly people (over 60 years old) is growing rapidly in this 21th century, reaching as many as 425 millions (+ 6.8%) worldwide in 2000. This figure is estimated almost twice in 2025. In Indonesia, percentage the elderly people in 1995 was as much as 7.5%. In line with the increasing of live expectancy of the number of the elderly will grow bigger. This is related to greater need of health service for the eldery. In older people, nutrition problem is closely associated with disease. One factor that causes nutrition problem in the elderly is the increase of morbidity. Increased risk for disease and nutrition problem in the elderly require early identification of risk for malnutrition in the elderly. Routine assessment of preliminary nutritional status of patients being hospitalized is essential in order to get an overview of nutritional status patients at a time, detect high risk patients and help to identify nutrition treatment specifically for each patient so that appropriate nutrition support can be given to improve nutrition status of patient.Objectives: To identify the impact of early screening nutrition result based on MNA method to the length of stay and discharge status of elderly patients at inpatient ward of internal medicine and neurology of Dr Sardjito Hospital Yogyakarta.Methods: The study was observational that used prospective cohort design and was undertaken at inpatient ward of internal in medicine and neurologyod Dr. Sardjito Hospital, Yogyakarta on August-November 2009. Data were collected by the researcher with the help of an enumerator, i.e. nutritionsist at inpatient ward.Results: The result of study showed that impact of screening result during initial hospitalization to length of stay of eldery patients based on MNA method was RR 1.63. This indicated that malnourished patients were at risk for being hospitalized > 7 days 1.63 times longer than those not malnourished. Impact of result screening during initial hospitalization to discharge status of eldery patients based on MNA method was RR 1.29. This indicated that malnourished patient were at risk for uncovered discharged as much as 1.29 greater than those not malnourhized.Conclusions: There was no impact of screening result in admission to length of stay. There was impact of nutritional status to length of discharged status.KEYWORDS: discharge home, length of stay, nutritional status in initial admission.ABSTRAKLatar belakang: Pertumbuhan penduduk lanjut usia (umur ≥60 tahun) meningkat secara cepat pada abad 21 ini, yang pada 2000 di seluruh dunia telah mencapai 425 juta jiwa (± 6,8%). Jumlah ini diperkirakan akan mengalami peningkatan hampir dua kali lipat pada 2025. Di Indonesia, persentase lanjut usia pada 1995 mencapai 7,5%. Dengan meningkatnya angka harapan hidup, jumlah lanjut usia pun akan bertambah banyak. Hal ini terkait dengan perlunya peningkatan pelayanan kesehatan lanjut usia. Pada lanjut usia, masalah gizi erat kaitannya dengan penyakit. Salah satu faktor yang menyebabkan lanjut usia menjadi rawan gizi yaitu peningkatan morbiditas penyakit. Dengan meningkatnya risiko penyakit dan disertai gangguan nutrisi pada lanjut usia, perlu dilakukan identifikasi risiko malnutrisi pada lanjut usia sedini mungkin. Penilaian status gizi awal pasien masuk rumah sakit sangat penting dilakukan secara rutin karena dapat menggambarkan status gizi pasien saat itu, mendeteksi pasien-pasien yang berisiko tinggi, dan membantu mengidentifikasi perawatan gizi secara spesifik pada masing-masing pasien sehingga dukungan nutrisi yang tepat dapat diterapkan untuk meningkatan status gizi pasien.Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh hasil skrining awal berdasarkan metode MNA (mini nutritional assessment) terhadap lama rawat inap dan status pulang pasien lanjut pada ruang rawat inap penyakit dalam dan saraf di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan rancangan kohort prospektif. Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap penyakit dalam dan saraf pada pasien lanjut usia di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-November 2009. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan bantuan enumerator yaitu ahli gizi yang bertugas di ruang rawat inap.Hasil: Berdasarkan hasil skrining dengan metode MNA pada pasien lanjut usia terhadap lama rawat inap, maka diketahui bahwa nilai RR=1,63. Hal ini menunjukkan bahwa pasien yang terpapar (malnutrisi) berisiko dirawat selama ≥7 hari adalah 1,63 kali lebih besar daripada pasien yang tidak terpapar (tidakmalnutrisi). Berdasarkan hasil regresi logistik tidak ada pengaruh antara hasil skrining dengan lama rawat inap. Ada pengaruh secara statistik antara usia, jenis penyakit dan kelas perawatan terhadap lama rawat inap. Berdasarkan hasil regresi logistik, jenis penyakit memiliki pengaruh yang paling dominan dengan nilai RR 3,88 terhadap lama rawat inap. Berdasarkan hasil skrining awal masuk rumah sakit terhadap status pulang pasien lanjut usia berdasarkan metode MNA, maka diketahui nilai RR=1,29. Hal ini menunjukkan bahwa pasien yang terpapar (malnutrisi) berisiko keluar dalam keadaan tidak sembuh sebesar 1,29 kalilebih besar daripada pasien yang tidak terpapar (tidak malnutrisi). Berdasarkan hasil uji regresi logistik ada pengaruh antara hasil skrining dengan status pulang dengan nilai OR 9,21. Demikian pula ada pengaruh antara usia dan jenis kelamin dengan status pulang (pKesimpulan: Tidak ada pengaruh antara hasil skrining dengan lama rawat inap. Ada pengaruh antara usia, jenis penyakit dan kelas perawatan terhadap lama rawat inap. Ada pengaruh antara hasil skrining dengan status pulang.KATA KUNCI: skrining, lama rawat inap, status pulang pasien |