Penguatan Kebijakan One Health dan Jejaring Laboratorium Dalam Deteksi Dini Leptospirosis di Indonesia
Autor: | Arief Mulyono, Farida Dwi Handayani, Bernadus Yuliadi, Nur Hidayati, Aprilia Safitri, Ristiyanto Ristiyanto, Muhidin Muhidin, Wening Widjajanti, Diana Andriyani Pratamawati |
---|---|
Rok vydání: | 2019 |
Předmět: | |
Zdroj: | Bulletin of Health Research, Vol 47, Iss 4 (2019) |
ISSN: | 2338-3453 0125-9695 |
Popis: | International Leptospirosis Society stated Indonesia as a country with high leptospirosis incidence and ranked third in the world for mortality. Rikhus Vektora, in 2015 - 2017 in 25 provinces in Indonesia, showed that positive leptospirosis rats were found in all regions. However, Health Service Providers (PPK) both at the basic and advanced levels stated that they were unable to carry out a diagnosis of leptospirosis cases. Meanwhile, the data also showed that in the provinces where no leptospirosis cases reported, there were Leptospira bacteria found in captured rats both in settlements and remote areas. This condition causes leptospirosis like the phenomenon of the iceberg that is seen as no cases while the facts in the field of many people infected with late treatment. One Health approach in cross-sector leptospirosis data integration from a related department is needed in determining priorities for the prevention of leptospirosis. It is necessary to establish a laboratory network to obtain faster information regarding the enforcement of the diagnosis of leptospirosis cases. The proposed policy recommendations are the discovery of leptospirosis cases with capacity building for doctors and health workers through clinical lectures, cross-sector joint surveillance, and strengthening of laboratory networks for early enforcement of leptospirosis diagnose. Keywords: leptospirosis, one-health, laboratory, early detection, Indonesia Abstrak International Leptospirosis Society menyatakan Indonesia sebagai negara dengan insidens leptospirosis tinggi dan peringkat ketiga dunia untuk mortalitas. Hasil Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit (Rikhus Vektora) pada tahun 2015 - 2017 di 25 provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa di setiap provinsi ditemukan persentase tikus positif bakteri Leptospira. Namun, penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) baik yang ada di tingkat dasar maupun lanjutan menyatakan belum mampu untuk melakukan penegakkan diagnosa kasus leptospirosis. Sementara itu, data juga menunjukkan bahwa pada beberapa provinsi yang menyatakan tidak ada kasus leptospirosis ditemukan adanya bakteri Leptospira pada tikus yang ditangkap baik pada ekosistem yang dekat dengan pemukiman maupun yang jauh dari pemukiman. Kondisi ini menyebabkan leptospirosis seperti fenomena gunung es yaitu terlihat tidak ada kasus sementara fakta di lapangan banyak orang terjangkit yang terlambat diobati. Pendekatan ‘One Health’ dalam integrasi data leptospirosis lintas sektor (Dinas Kesehatan, Dinas Peternakan, Dinas Pertanian) diperlukan dalam penentuan prioritas penanggulangan leptospirosis. Selain itu, perlu dibuat jejaring laboratorium agar didapatkan informasi lebih cepat terkait penegakan diagnosis kasus leptospirosis. Rekomendasi kebijakan yang diusulkan adalah penemuan kasus leptospirosis dengan capacity building dokter dan tenaga kesehatan dengan cara ceramah klinis, surveilans bersama lintas sektor dan penguatan jejaring laboratorium untuk penegakan dini diganosa leptospirosis. Kata kunci: leptospirosis, one-health, laboratorium, deteksi dini, Indonesia |
Databáze: | OpenAIRE |
Externí odkaz: |