Keprakan dalam Pertunjukan Wayang Gaya Yogyakarta: Studi Kasus Pementasan Ki Hadi Sugito
Autor: | Sunyata, Ign Krisna Nuryanta Putra, Hanggar Budi Prasetya |
---|---|
Jazyk: | angličtina |
Rok vydání: | 2014 |
Předmět: | |
Zdroj: | Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, Vol 15, Iss 2, Pp 190-201 (2014) |
ISSN: | 2338-6770 2085-9910 |
Popis: | Keprakan adalah bunyi yang dihasilkan oleh cempala tangan atau cempala kaki yang dipukulkan pada kotak wayang dalam pertunjukan wayang. Keprakan menjadi bagian dari karawitan pedalangan dan memiliki peran penting dalam membangun estetika pertunjukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memahami teknik dan pola keprakan dalam pertunjukan wayang. Data diperoleh melalui pengamatan pada dua puluh pertunjukan wayang yang dipergelarkan oleh Ki Hadi Sugito. Analisis musikal dilakukan dengan cara melihat hubungan antara keprakan dengan jenis gending dan suasana adegan yang diciptakan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bunyi keprak memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai penanda atau aba-aba dari dalang kepada para pengrawit dan memberikan suasana dramatik sehingga pertunjukan terasa hidup. Pola keprakan terbentuk dari dua unsur yaitu neteg dan mlatuk. Dari dua pola ini berkembang pola permainan lainnya seperti mbanyu tumetes, ngeceg, nisir, nduduk, dan geter. Keprakan in Yogyakarta Wayang Style: A Case Study on Ki Hadi Sugito’s Wayang Performance. Keprakan is the sound produced by hand or foot cempala slapped on the puppets box in a wayang performance. Keprakan becomes part of the music for wayang and has an important role in building a performing aesthetic. This study aims to describe and understand the keprakan techniques and patterns in wayang performance. The data are obtained through observations on twenty of Ki Hadi Sugito’s wayang performances. The musical analysis is done by looking at the relationship between keprakan with the musical types and the created atmosphere scene. Based on this study, it can be concluded that the keprak sound has two main functions, namely as signs or clues from the puppet master to the musicians, and to provide a dramatic atmosphere. Keprakan pattern is formed of two elements, namely neteg and mlatuk. Of these two patterns produce other patterns such as mbanyu tumetes, ngeceg, nisir, nduduk, and geter. |
Databáze: | OpenAIRE |
Externí odkaz: |