DIMENSI FEMINISME DALAM PEMBAHARUAN ISLAM: MENILIK PEMIKIRAN MUHAMMAD IQBAL
Autor: | Raha Bistara |
---|---|
Rok vydání: | 2021 |
Zdroj: | TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin. 19:30-58 |
ISSN: | 2541-5018 2502-3063 |
DOI: | 10.30631/tjd.v19i1.118 |
Popis: | Artikel ini ingin membahas bagaimana pemikiran Muhammad Iqbal dalam merekonstruksi ajaran Agama Islam yang selama ini dianggap kaku dan bersifat inklusif. Rekonstruksi yang dilakukan oleh Iqbal secara menyeluruh mulai dari pemahaman terhadap ayat-ayat al-Quran, hadis, hukum Islam dan feminisme. Bagi Iqbal kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sangat penting hal itu terkait bagaimana posisi perempuan dalam segala lini yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Perbedaan Muhammad Iqbal dengan pemikir muslim yang sama-sama mengkaji gerakan kesetaraan terletak pada esensi ajaran Islam yang direkonstruksi ulang serta tidak mempertentangkan dengan perkembangan zaman. Kita lihat misalnya Fatimah Mernissi dalam gerakan feminisme ia menekankan adanya penafsiran ulang terhadap ayat-ayat al-Quran dan Sunnah yang menempatkan perempuan di bawah laki-laki. Di sinilah letak perbedaan gagasan Iqbal dengan aktifis femenis yang lain. Bagi Iqbal ajaran yang selama ini diyakini sebagai ajaran yang universal dan kaffah ternyata masih terdapat unsur politik yang menyebabkan keterasingan perempuan dalam kancah bernegara. Menurut Iqbal selama akar-akar feminisme dalam Islam tidak dicuatkan, maka selama itu juga laki-laki tidak akan bisa membawa perubahan bagi dirinya sendiri, masyarakat, agama, bangsa dan negara. Dengan menggunakan metode library research penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi besar dalam wacana feminisme Islam yang selama ini dianggap masih tabu dibicarakan dalam tradisi kesarjanaan Islam. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pandangan baru mengenai pemikiran Iqbal tetang feminisme yang jarang sekali dikaji oleh pemikir muslim modern. Di mana yang dikuak oleh Iqbal mengenai esensi ajaran Islam itu sendiri yang bersifat subtil bagi keutuhan umat Islam yang sampai saat ini belum sepenuhnya mereka memahami. This article discussed about how Muhammad Iqbal thought in reconstructing the teachings of Islam which has been considered rigid and inclusive. The reconstruction carried out by Iqbal thoroughly began from the understanding of the verses of the Quran, Hadith, Islamic law and feminism. Iqbal reveals that the equality between men and women is very important it is related to women positions in all lines are not negotiable anymore. The differences between Muhammad Iqbal and the other Muslim thinkers who both studied the equality movement lie in the essence of the reconstructed teachings of Islam and do not be opposed with the development of the times. We see, for example Fatimah Mernissi in the feminism movement she emphasizes the re-interpretation of verses of the Quran and sunnah that place women under men. This is Iqbal views are different from other feminist activists. For Iqbal the teachings that have been believed to be universal teachings and kaffah there is still a political element that causes the alienation of women in the state scene. According to Iqbal, as long as the roots of feminism in Islam are not encouraged, then as long as men will not be able to bring about change for themselves, society, religion, nation and country. By using the library research method, this research is expected to make a big contribution in the discourse of Islamic feminism which has been considered taboo in the tradition of Islamic scholarship. The conclusion of this study is a new view from Iqbal's thinking on feminism that is rarely studied by modern Muslim thinkers. Where Iqbal discussed about the essence of Islamic teachings itself which is subtle for the integrity of Muslims that until now they have not fully understood. |
Databáze: | OpenAIRE |
Externí odkaz: |