Popis: |
Permintaan Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) setiap tahun terus mengalami peningkatan. Produksi kedelai nasional pada tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 747 611 ton, bahkan sempat mengalami penurunan drastis menjadi 592 534 ton pada tahun 2007. Produksi mulai mengalami peningkatan kembali menjadi 775 710 ton pada tahun 2008 dan 974 512 ton pada tahun 2009. Meskipun mengalami peningkatan produksi pada tahun 2013-2015, namun peningkatan permintaan ini tidak diikuti dengan pertambahan produksi karena ketersediaan lahan yang optimal untuk budidaya semakin terbatas. Salah satu strategi untuk mengatasi tantangan tersebut adalah melalui Pemanfaatan lahan kering yang luasnya masih cukup besar di Indonesia. Melalui pendekatan budidaya tadah hujan serta budidaya jenuh air, penelitian ini dilakukan di lahan kering kawasan Jakarta Selatan dengan menggunakan varietas Burangrang. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dan dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Trilogi pada bulan Maret – Juli 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedelai varietas burangrang dapat dibudidayakan pada lahan kering dengan sistem budidaya jenuh air dan sistem budidaya tadah hujan. Budidaya kedelai dengan sistem tadah hujan memberikan hasil yang lebih baik pada parameter pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah daun) serta parameter produksi (bobot polong/tanaman dan produksi per hektar) dibandingkan sistem budidaya jenuh air. Produksi kedelai pada sistem budidaya tadah hujan dan jenuh air masing-masing sebesar 3.02 ton/ha dan 2.52 ton/ha. Hasil ini lebih tinggi dari daya hasil varietas burangrang.Kata kunci: Budidaya kedelai, varietas burangrang, lahan kering, budidaya jenuh air. |