Sebuah Kasus Lucio Phenomenon yang Fatal pada Pasien Lucio’s Leprosy

Autor: Galuh Puspitasari, Anggun Yuniaswan, Dhany Ekasari
Rok vydání: 2022
Zdroj: Jurnal Klinik dan Riset Kesehatan. 1:196-204
ISSN: 2809-0039
2809-2678
DOI: 10.11594/jk-risk.01.3.8
Popis: Penegakan diagnosis Lucio’s leprosy sulit karena manifestasi pada kulit yang tidak khas, sehingga pasien sering datang ketika kondisi sudah berat disertai Lucio phenomenon. Seorang laki-laki berusia 33 tahun, mengeluhkan bercak biru keunguan dan luka disertai lepuhan yang tersebar di seluruh tubuh sejak 4 hari terakhir. Terdapat kerontokan alis dan bulu mata sejak 1 tahun terakhir, namun tidak didapatkan riwayat keluh(1)(1)an bercak kulit mati rasa maupun gangguan saraf. Pemeriksaan dermatologis didapatkan patch plak purpura stelata, multipel, bentuk dan ukuran bervariasi, tersebar hampir di seluruh tubuh. Pada semua regio ekstremitas ditemukan bula disertai erosi, sebagian tertutup jaringan nekrotik berwarna kehitaman dengan BSA mencapai 40%. Pemeriksaan slit skin smear ditemukan bakteri tahan asam dengan index bakteri +6 dan index morfologi 1 %. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan reaksi radang granulomatosa terdiri dari sel epitheloid, histiosit, sel foam, disertai gambaran vaskulitis. Sedangkan pada pewarnaan Ziehl Neelsen ditemukan bakteri tahan asam dalam jumlah yang banyak, tersebar di area dermis, dan sebagian mencapai endotel pembuluh darah mendukung gambaran Lucio phenomenon. Pasien juga mengalami anemia berat, neutrofilia, hiperkalemia, hipoalbuminemia berat. Luasnya lesi serta kondisi sepsis mempersulit penatalaksanaan penyakit ini dan memperburuk kondisi pasien sehingga meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Lucio phenomenon merupakan reaksi kusta berat yang sulit dikenali dengan manifestasi klinis berupa lesi kutaneus necrotizing erythema, terutama pada ekstremitas. Keterlibatan lesi yang luas serta sepsis merupakan kendala utama yang sering ditemui selama tatalaksana kasus, seperti juga pada kasus ini. Pemberian Multidrug therapy untuk kusta multibasiler (MDT-MB) sesuai regimen WHO merupakan terapi utama yang dapat dikombinasikan dengan kortikostreoid sistemik.
Databáze: OpenAIRE