KEANEKARAGAMAN NYAMUK VEKTOR FILARIASIS LIMFATIK DI WILAYAH ENDEMIS KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU

Autor: Anif Budianto, Rizki Nurmaliani, Rahayu Hasti Komaria, Maya Arisanti, Katarina Sri Rahayu
Rok vydání: 2020
Zdroj: Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit. 12:105-118
ISSN: 2354-8789
2085-868X
Popis: Mass Drug Administration (MDA ) for lymphatic filariasis (LF) control was completed in 2016, however, the result of the Transmission Assessment Survey-1 (TAS -1) with the Brugia Rapid Test confirmed that 17 children were positive. This shows that LF transmission is still going on in Pelalawan District. The study aimed to identify the diversity of mosquito species that responsible for LF transmission in Pelalawan District. Data were collected from Sialang Bungkuk Village and Ukui Village 1 in September and November 2017. Mosquitoes were captured using the modified human landing collection with a double net method for 12 hours from 6 pm to 6 am. Catching mosquitoes carried out twice with an interval of 1 month at two fishing locations. Detection of Deoxyribonucleic Acid (DNA) of Brugia malayi in all types of mosquitoes using Polymerase Chain Reaction (PCR). A total of 1,276 adult mosquitoes was caught in these two study locations. They consisted of 25 species. Mansonia dives was the predominant species in Sialang Bungkuk Village with outdoor Man Hour Density (MHD) 17.67 mosquitoes/person/hour, while Armigeres kesseli was the predominant species in Ukui 1 village with outdoor MHD 25.68 mosquitoes/person/hour. the estimated age of the mosquito in Sialang Bungkuk Village ranged from 4,24 to 32,83 days. Among them, the oldest mosquito species was Culex gellidus, while Culex nigropunctatus was identified as the oldest mosquito in Ukui 1 village 0-7,82 days. DNAs were detected among Ma. dives and Culex. quinquefasciatus. The potential mosquito habitats found in two locations were found at swamps, rubber soaking ponds, ripples in rubber gardens, unused pools. We concluded that these species were responsible for filariasis transmission in that habitats. Abstrak Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis di Kabupaten Palalawan telah selesai dilaksanakan tahun 2016, akan tetapi setelah dilakukan survei Transmission Assesment Survey-1 (TAS-1), ditemukan tujuh belas anak positif mikrofilaria. Hasil tersebut menunjukkan masih adanya penularan filariasis di kabupaten tersebut. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi keanekaragaman spesies nyamuk yang berpotensi menjadi vektor filariasis limfatik di Kabupaten Pelalawan. Data dikumpulkan dari Desa Sialang Bungkuk dan Kelurahan Ukui Satu pada bulan September dan November 2017. Penangkapan nyamuk dilakukan menggunakan metode modifikasi human landing collection, menggunakan double net selama dua belas jam, pada pukul 18.00-06.00 WIB. Penangkapan dilakukan dua kali dalam selang waktu satu bulan. Deteksi Brugia malayi pada semua jenis nyamuk tertangkap dilakukan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Jumlah nyamuk dewasa tertangkap di dua lokasi sebanyak 1.276 ekor, terdiri dari 25 spesies. Spesies nyamuk yang mendominasi di Desa Sialang Bungkuk adalah Mansonia dives dengan Man Hour Density (MHD) luar rumah 17,67 nyamuk/orang/jam, sedangkan di Kelurahan Ukui Satu, spesies nyamuk dominan adalah Armigeres kesseli dengan MHD luar rumah 25,68 nyamuk/orang/jam. Rentang perkiraan umur nyamuk di Desa Sialang Bungkuk adalah 4,24-32,83 hari, spesies nyamuk yang mempunyai perkiraan umur paling panjang adalah Culex gellidus. Rentang perkiraan umur nyamuk di Kelurahan Ukui Satu adalah 0-7,82 hari, spesies nyamuk yang mempunyai perkiraan umur paling panjang adalah Culex nigropunctatus. Hasil pemeriksaan PCR menunjukkan B.malayi terdeteksi pada Ma. dives dan Culex quinquefasciatus. Habitat potensial nyamuk di dua lokasi adalah rawa-rawa, kolam perendaman karet, kobakan di kebun karet, dan kolam yang tidak terpakai. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis nyamuk di habitat tersebut berpotensi sebagai vektor filariasis
Databáze: OpenAIRE