MAHKOTA SINGGASANA DALAM ISTANA SHUFIYAH

Autor: Ahmad Syatori
Rok vydání: 2020
Předmět:
Zdroj: PUTIH: Jurnal Pengetahuan Tentang Ilmu dan Hikmah. 4:70-107
ISSN: 2622-223X
2598-7607
DOI: 10.51498/putih.v4i2.56
Popis: Kajian ilmiah ini di dalamnya memuat ulasan tentang pendakian-pendakian (suluk) para shufiyah dalam menempuh suatu penjalanan yang sangat jauh menuju suatu tempat kesempurnaan di sisi Allah Swt. yang disebut dengan maqomat. Dalam uraian pembahasannya mengkaji seputar hal-hal yang berkaitan dengan pangkat, derajat dan kedudukan (maqomat) serta perilaku batin (ahwal ) para shufiyah dalam rangka shidqu al-tawajjuh menghadap Allah Swt. dengan penuh kesungguhan baik lahir maupun batin. Berangkat dan berawal dari sebuah perjalanan spiritual para shufi tersebut, maka kemudian jurnal ilmiah ini diberi judul dengan tajuk "Mahkota Singgasana Dalam Istana Shufiyah", yang maksudnya tiada lain adalah untuk menggambarkan tentang eksistensi dan kemuliaan-kemuliaan para shufiyah yang telah memiliki maqom (pangkat, derajat dan kedudukan) yang luhur dan berada dalam genangan kemakrifatan kepada Allah Swt. Mahkota adalah sebagai simbol penisbatan bagi seorang shufi yang telah mencapai suatu gelar atau pangkat mahkota kemakrifatan billah. Sedangkan singgasana digambarkan sebagai kedudukan atau derajat maqom tertentu bagi seorang shufi dalam maqomat yang ada. Adapun yang dimaksud dengan istana shufiyah tiada lain adalah puncak pendakian seorang shufi yang telah sampai (wushul) dan berada disuatu tempat yang luhur yakni kesempurnaan ma'rifat billah. Sungguh merupakan suatu kenikmatan, karunia dan anugerah yang sangat agung dan istimewa bagi hamba-hamba Allah, manakala mereka telah mampu mencapai dan meraih semua itu. Melalui berbagai proses dan latihan yang ketat (riyadloti nafs) serta disiplin diri yang kuat (mujahadati nafs) dalam rangka membentuk jiwa dan hati yang bersih, suci dan kosong (takholli ) dari sikap dan perilaku yang buruk dan tercela (akhlak madzmumah) serta menghiasi (tahalli) diri dengan sikap dan perilaku yang baik dan terpuji (akhlak mahmudah). Maka kemudian mereka sampai dan tersampaikan (wushul), tunduk dan bersimpuh di hadapan kekasihnya yang sejati Allah Swt. untuk menerima berbagai sirri-rahasia, hikmah dan hakikat (tajalli) yang luhur dari Dzat Yang Maha Agung dan Sempurna (Allah Swt.).
Databáze: OpenAIRE