Penurunan Prevalensi Stunting Di Desa Sudimoroharjo Kabu-paten Nganjuk Sebagai Luaran Program Pendampingan Intensif Lintas Sektor Kepada Ibu Dengan Baduta Stunting
Autor: | Cleonara Yanuar Dini, Farida Farah Zakiya, Dwi Apriliani, Aisyaturida Amelia, Larastiti Windatari, Cindy Gita Chayani, M. Thoriq Aqilalhasib, Decca Pinky Nugroho, Shannon Ellya Marolop, David Aditya, Maulana Suryananda R, Dwi Anindya A, Azalia Putri Salsabila, Reza Dwi Ramadhan, Alfiyah Nahdah Kamilah, Arma Andi Kusuma, Choirul Anna Nur Afifah, Amalia Ruhana, Satwika Arya Pratama, Galuh Impala Bidari, Ali Imron |
---|---|
Rok vydání: | 2022 |
Předmět: | |
Zdroj: | Media Gizi Indonesia. 17:221-229 |
ISSN: | 2540-8410 1693-7228 |
DOI: | 10.20473/mgi.v17i1sp.221-229 |
Popis: | Berdasarkan hasil SSGI (2021), prevalensi stunting di Kabupaten Nganjuk yaitu 25,3%. Salah satu desa yang ditetapkan sebagai lokus stunting adalah Sudimoroharjo dengan prevalensi sebesar 13,5%. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi dan focus group discussion secara langsung kepada ibu bayi dan balita stunting. Sebanyak 52 kader, 3 bidan dan 15 mahasiswa dari universitas negeri surabaya (unesa) berpartisipasi dalam program dan dibagi ke dalam 8 kelompok di setiap rukun tetangga (RT) selama 3 bulan. Sebelum dilakukan pendampingan, ibu bayi dan balita kurang berusaha untuk memberikan makan kepada anak baik dari segi frekuensi maupun komposisi. Program pendampingan yang dilakukan terdiri dari: penyuluhan mengenai isi piringku dengan prinsip beragam, bergizi, seimbang dan aman di setiap posyandu setiap hari, pendampingan stunting dari rumah ke rumah, melakukan layanan konsultasi gizi setiap hari di puskesmas pembantu (pustu). Selain itu juga diberikan makanan tambahan berupa susu 1x/minggu dan biskuit bagi bayi dan balita dengan gizi buruk dan stunting sekali dalam satu bulan. Monitoring dilakukan dengan meminta ibu dan anak untuk datang setiap satu atau dua minggu sekali ke pustu setelah PMT habis untuk melakukan pengecekan status gizi anak. Selanjutnya kader, bidan dan mahasiswa mengunjungi rumah ibu dengan anak stunting dalam 1 kali sebulan untuk menanyakan apakah pmt yang diberikan dikonsumsi habis atau tidak. Setelah diberikan pendampingan secara langsung ibu dapat memahami bagaimana menerapkan B2SA baik dari segi jumlah, jenis lauk serta frekuensi makan anak. Ibu juga memberikan pmt kepada anak sampai habis, sehingga prevalensi stunting turun menjadi 9,21%. |
Databáze: | OpenAIRE |
Externí odkaz: |