Popis: |
Indonesia memiliki potensi perikanan sebesar 12,54 juta ton/tahun, dan tercatat ada lebih dari 3.650 spesies ikan yang hidup di perairan Indonesia. Agar sumber daya ikan (SDI) dapat dimanfaatkan secara optimal, dan diversitasnya tetap lestari, maka pengelolaan SDI mutlak diperlukan. Kelestarian SDI selalu menghadapi masalah serius, karena proses rekrutmen atau masuknya individu baru kedalam populasi SDI yang akan sangat berpengaruh terhadap stok ikan. Proses rekrutmen merupakan periode kritis saat kehidupan awal (early life history) yakni pada fase telur dan larva ikan, disebabkan tingkat mortalitasnya dapat mencapai 99%. Artinya tingkat sintasan ikan dari fase telur sampai menjadi ikan dewasa (survival rate) hanya 1%, atau bahkan barangkali kurang dari 1%. Dengan demikian pengetahuan tentang kehidupan awal ikan yang diperoleh lewat riset iktioplankton menjadi penting. Namun, riset ini masih jarang dilakukan di Indonesia, dan juga jumlah periset yang menekuni bidang ini juga sangat terbatas. Riset iktioplankton di Indonesia sudah dimulai sejak awal abad ke-20, yakni sekitar tahun 1920-an. Sejak saat itu hingga tahun 1999, aspek risetnya masih terbatas pada kajian diversitas, distribusi dan kelimpahan telur dan larva ikan. Berdasarkan perkembangan riset iktioplankton di Indonesia, maka penulis mengelompokkan perkembangan risetnya dalam dua periode besar, yaitu pertama pada tahun 1921-1999 sebagai Periode Riset Eksplorasi Iktioplankton, dan kedua pada tahun 2000-sampai saat ini sebagai Periode Pengembangan Riset Iktioplankton. Dari sejumlah riset iktioplankton ada beberapa hasil capaian signifikan. Dari 6 kali pelayaran survei, tercatat 6 spesies larva ikan sidat tropis yang teridentifikasi dan terkonfirmasi melalui analisis genetika (DNA). Ini merupakan jumlah species yang tertinggi dibandingkan dengan perairan lain di dunia. Disamping itu, juga terindikasi kemungkinan lokasi pemijahan tuna di sekitar Kepulauan Lease dan Kepulauan Banda. Hal menarik lain yang dipahami, yaitu diversitas dan komposisi jumlah taksa dari telur dan larva ikan sangat berkorelasi dengan tingkat kesuburan perairan pada lokasi survei. Kondisi perairan dimana ikan memijah menjadi salah satu faktor kunci kesuksesan rekrutmen SDI. Jadi, larva ikan yang hidup di perairan dengan tingkat kesuburan yang tinggi, dan makanan alamiah yang melimpah cenderung memiliki pertumbuhan dan tingkat kondisi kesehatan yang jauh lebih baik, sehingga tingkat mortalitas alamiah larva ikan akan menurun. Dengan demikian, kesuburan perairan akan turut menentukan keberhasilan rekrutmen SDI.Pemanasan global akan memicu terjadinya perubahan iklim yang berdampak terhadap kehidupan telur dan larva ikan, yang merupakan fase awal kehidupan ikan. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan struktur komunitas, mereduksi kelimpahan, menghambat pertumbuhan, dan mengancam kehidupan larva belut laut, ikan karang, dan biota laut lainnya yang hidup pada ekosistim terumbu karang. Satu abad riwayat riset iktioplankton di Indonesia berlalu, namun hasil riset masih sangat terbatas, sehingga data dan informasi yang diperoleh juga masih sangat kurang dan belum dapat memperkuat sistim pengelolaan SDI secara optimal. Selanjutnya, agar riset iktioplankton dapat terus berkembang di Indonesia, maka perlu dibangun sistim basis data telur dan larva ikan yang lebih baik, dan didukung oleh fasilitas penyimpanan koleksi iktioplankton yang memadai, sehingga dapat dijadikan sumber rujukkan iktioplankton nasional. Disamping itu, agar dapat menjangkau wilayah laut Indonesia yang luas, riset iktioplankton harus didukung oleh fasilitas kapal riset dan peralatan laboratorium terkini untuk identifikasi telur dan larva ikan secara baik dan benar. Semua ini tentu perlu didukung oleh kolaborasi riset yang kuat antar para periset iktioplankton di tanah air baik yang berada di lembaga dan organisasi riset maupun di perguruan tinggi. |