TUTURAN PENOLAKAN OLEH PENUTUR BAHASA KOMERING DI PULAU GEMANTUNG, OGAN KOMERING ILIR
Autor: | Nfn Mukhamdanah, Nfn Inayatusshalihah |
---|---|
Rok vydání: | 2020 |
Zdroj: | Widyaparwa. 48:122-132 |
ISSN: | 2528-1089 0215-9171 |
DOI: | 10.26499/wdprw.v48i2.542 |
Popis: | Re fusal is the form of speech act that has the most potential threat to the face, both the listeners and speakers. In communication, if the rules that apply to society are not obeyed, it will have an impact. This study explains how the speech acts taken by Komering speakers in Ogan Komering Ilir, South Sumatra when rejecting children's requests. By involving several parents who already have children, the data is collected through questionnaires and open-ended data. The data are classified and analyzed based on the form and pattern of re fusal speech realization. Determination of the form and speech realization is done by using the basic technique in the form of a deciding element, namely classifying the elements that determine the form and pattern of speech realization used by respondents in rejecting requests. The form of speech here is related to sentence construction, i.e. declarative, interrogative or imperative, while the realization is related to various forms of re fusal speech used by the speakers. As a result, although it has relative power and a higher level of imposition compared to speech partners, the use of hedges to soften the power of re fusal continues. Parents tend to use speech acts that employ greetings and apologies also give reasons for rejection and alternatives. Values for respecting speech partners with relative power and lower levels of imposition are still transmitted by people to their children . Tindak tutur penolakan merupakan bentuk tindak tutur yang paling berpotensi mengancam muka, baik petutur maupun penutur. Dalam sebuah komunikasi, jika aturan-aturan yang berlaku pada masyarakat tidak dipatuhi, maka akan menimbulkan dampak. Kajian ini menjelaskan bagaimana bentuk tindak tutur yang dilakukan penutur bahasa Komering di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan ketika menolak permintaan anak. Dengan melibatkan beberapa orang tua yang telah memiliki anak, data dijaring melalui kuesioner dan pertanyaan terbuka. Data diklasifikasikan dan dianalisis berdasarkan bentuk dan pola realisasi tuturan penolakan. Penentuan bentuk dan realisasi tuturan menggunakan teknik dasar berupa pilah unsur penentu, yakni mengklasifikasi unsur yang menentukan bentuk dan pola realisasi tuturan yang digunakan responden dalam menolak permintaan. Bentuk tuturan di sini berkaitan dengan konstruksi kalimat, deklaratif, interogatif, atau imperatif, sedangkan realisasi berkaitan dengan berbagai wujud tuturan penolakan yang digunakan oleh penutur. Hasilnya, meskipun mempunyai kekuasaan relatif dan tingkat imposisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mitra tutur, penggunaan pagar ( hedge ) untuk memperlunak daya penolakan tetap dilakukan. Orang tua cenderung menggunakan bentuk tindak tutur yang menggunakan kata sapaan, permintaan maaf, memberikan alasan penolakan dan alternatif pengganti. Nilai-nilai untuk menghargai mitra tutur dengan kekuasaan relatif dan tingkat imposisi yang lebih rendah tetap ditransmisikan oleh orang tua ke anak-anaknya. |
Databáze: | OpenAIRE |
Externí odkaz: |