Popis: |
Masyarakat Desa Sidokarto, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman Yogyakarta sebagian besar antara lain berwirausaha sebagai pengrajin keripik belut. Di desa tersebut khususnya di Pedukuhan Nogosari ada dua kelompok pengrajin keripik belut dengan nama Sari Mulya 1 beranggotakan 7 orang dan Sari Mulya 2 dengan anggota 9 orang. Kedua kelompok pengrajin tersebut setiap hari rutin memproduksi keripik belut, selain itu juga memproduksi rempeyek belut dan bayam. Pemasaran produk yang dihasilkan di pasar tradisional di wilayah Godean. Permasalahan yang ditemui adalah cara pengolahan yang kurang higienis, cara pengemasan yang tidak memenuhi syarat dan belum menerapkan standar mutu pangan dengan sertifikat PP-IRT. Permasalahan khususnya adalah ruang produksi belum permanen dan pengrajin melakukan penirisan keripik belut dengan cara dihamparkan selama 12-13 jam beralaskan kertas seadanya. Cara tersebut menyebabkan keripik belut dapat mengalami penurunan mutu yaitu tekstur menjadi kurang renyah, mudah berbau tengik dan higienitasnya kurang. Usaha meningkatkan higienitas dan mutu keripik belut adalah dengan diperbaikinya ruang produksi dan penggunaan mesin spinner untuk mempercepat pemisahan keripik belut dari minyak penggoreng. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah meningkatkan higienitas dan meningkatkan mutu keripik belut, sehingga pemasaran keripik belut dapat lebih luas dan aman bagi konsumen. Metode yang digunakan adalah penyuluhan, pendampingan pengolahan dan pengemasan setelah dilakukan perbaikan ruang produksi, peralatan dan kemasan keripik belut. Hasil pengabdian masyarakat ini adalah ruang produksi dan peralatan sudah memadai untuk mendapatkan sertifikat PP-IRT dan kemasan keripik belut sudah dilengkapi dengan label. Keripik belut yang ditiriskan menggunakan spinner mutunya meningkat yaitu kenampakan tidak berminyak, teksturnya renyah dan dikemas plastik berlabel yang lebih menarik. Kata kunci: teknologi tepat guna, ruang produksi, pengrajin keripik belut Application of Appropriate Technology and The Improvement of Production Room on Chips Eel Producer Groups ABSTRACT Village Community of Sidokarto, Godean district, Sleman regency of Yogyakarta mostly work as entrepreneur so feelchips. In that village, especially in the hamlet of Nogosari there are two groups of eel chips producers named Sari Mulya 1 which consists of 7 people and Sari Mulya 2 with 9 people as members. Both of the groups produce eel chips daily, they also produce eel crispy as well as spinach crispy. Marketing of products produced is done in the traditional market of Godean. The problems encountered were less hygienic processing methods, method of packaging which was not eligible and had yet to implement food quality standards with a certificate of PP-IRT. The problem in particular was a non-permanent production room and the producers do the draining process of eel by spreading the eel on paper for 12-13 hours.Those problems could lead the texture became less crisp, easily became rancid and was less hygiene. Efforts to improve the hygiene and quality of eel chips was by renovation the production room and using spinner machine to accelerate the separation of eel chips of fryer oil. The purpose of this community service was to improve the hygiene and the quality of eel chips, so that its marketing could be wider and safer for consumers. The methods used were counseling, mentoring of processing and packaging after the repairment of production room, equipment and packaging of eel chips. The results of this community service were good production room and equipment which were eligible to obtain a certificate of PP-IRT and the packaging of eel chips was being well labeled. The eel chips drained with spinner had better-quality i.e less oily appearance, crispy texture and packaged with plastics with more attractive label on it. Keywords: appropriate technology, production room, eel chips producers |