KAWASAN CIGONDEWAH TERKAIT SARANA PRASARANA LINGKUNGAN TERBANGUN SEBAGAI KAWASAN WISATA TEKSTIL DI KOTA BANDUNG
Autor: | Karto Wijaya, Asep Yudi Permana |
---|---|
Jazyk: | English<br />Indonesian |
Rok vydání: | 2017 |
Předmět: | |
Zdroj: | Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol 4, Iss 2, Pp 79-88 (2017) |
Druh dokumentu: | article |
ISSN: | 2355-2484 2550-1194 |
DOI: | 10.26418/lantang.v4i2.23247 |
Popis: | Kawasan Cigondewah pada awalnya merupakan kawasan agraris, dan kawasan ini mengalami perkembangan kearah sentra perdagangan kain dan industri tekstil sejak tahun 1960-1976 yang ditandai oleh usaha karung goni oleh masyarakat setempat. Kegiatan ekonomi berbasis home industri ini memberikan kontribusi pendapatan bagi khususnya penduduk setempat, karena tenaga kerja berasal dari sekitar kelurahan Cigondewah sendiri. Mulanya usaha karung goni ini dibeli dari pabrik gula yang kemudian dipasarkan hingga Kawarang dan Banten. Pada tahun 1976 mengalami kejenuhan, yang kemudian masyarakat setempat beralih dari usaha karung goni ke imbah industri (karung plastik dan kain bekas). Pada awal 1997 kawasan cigondewah mampu berperan sebagai sentra perdagangan kain. Sentra ini melayani pembeli-pembeli yang berasal dari Bandung dan sekitasrnya. Bahan baku dari tekstil berasal dari pabrik yang ada di wilayah tersebut, namun sebagian lagi berasal dari Jakarta melalui pelabuhan Tanjung Priok. Kawasan ini dalam RTRW Kota Bandung adalah kawasan industri berwawasan lingkungan. Perkembangan kawasan ini memberikan potensi yang luas terutama dalam pengembangannya sebagai sebuah kawasan yang memiliki produk unggulan/spesialisasi dalam cakupan rencana pengembangan pariwisata Kota Bandung. Penelitian ini merupakan studi penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, di mana melalui pendekatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai fakta dan fenomena yang terjadi dilapangan. Berdasarkan hasil analisis penelitian ditemukan potensi dan karakteristik kawasan yang mendukung dalam pengembangan Kawasan Cigondewah sebagai Kawasan Wisata Tesktil di Kota Bandung. Terkait dengan prasarana dan sarana lingkungan ditemukan permasalahan, antara lain: ketersediaan sarana parkir dan jalur pedestrian yang kurang memadai, kondisi kawasan yang belum tertata secara maksimal. Kata-kata Kunci: Lingkungan Terbangun, Perkembangan Kawasan CIGONDEWAH AREA RELATED TO ENVIRONMENT BUILT INFRASTRUCTURE FACILITIES AS SENTRA CLOTH IN BANDUNG CITY The Cigondewah area was originally an agrarian area, and the region has been progressing towards the trading center of textile fabrics and industry since 1960-1976 which is marked by the burlap sack by the local community. This home industry-based economic activity contributes the income to the locals in particular, since the labor comes from around Cigondewah urban village itself. Initially, this sack business was purchased from a sugar factory which was then marketed to Kawarang and Banten. In 1976 experienced saturation, which then the local community shifted from the business of burlap sack to industrial waste (plastic bags and used cloth). In early 1997 the cigondewah area was able to serve as a fabric trading center. This center serves buyers who come from Bandung and sekitasrnya. Textile raw materials come from existing factories in the area, but some come from Jakarta through the port of Tanjung Priok. This area in RTRW Bandung is environmentally friendly industrial area. The development of this area provides a wide potential especially in its development as an area that has excellent products / specialization in coverage of tourism development plan of Bandung City. This research is a descriptive research study using a qualitative approach, which through this approach aims to provide an overview of the facts and phenomena that occur in the field. Based on the results of research analysis found the potential and characteristics of the area that supports the development of Cigondewah Area as Tourism Area Tesktil in Bandung. Related to infrastructure and environmental facilities found problems, among others: the availability of parking facilities and pedestrian paths are inadequate, the condition of the area that has not been set up optimally. The Cigondewah area was originally an agrarian area, and the region has been progressing towards the trading center of textile fabrics and industry since 1960-1976 which is marked by the burlap sack by the Keywords: Built Environment, Regional Development REFERENCES Creswell, J. W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mired. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hadi, S. P. (2001). Manusia dan Lingkungan. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Jaya, I. (2007). Pengelolaan Lingkungan Kawasan Wisata Danau Lebo Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat. Universitas Diponegoro. Sudjarto, D. (1985). Diktat Kuliah Perencanaan Kota Baru. Bandung: ITB. Sugandhy, A. (1999). Penataan Ruang dalam Pengelolaan Lingkungan hidup. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Undang-undang No. 9 tahun 1990. (1990). Undang-undang Republik Indonesia Nomo 9 tahun 1990. Wijaya, K., Setioko, B., & Murtini, T. W. (2015). Pengaruh Perubahan Fungsi Lingkungan Binaan terhadap Citra Kawasan Wisata Tekstil Cigondewah Kota Bandung. Jurnal Arsitektur Komposisi, 11(2), 67–75. Retrieved from ojs.uay.ac.id |
Databáze: | Directory of Open Access Journals |
Externí odkaz: |