'Esuk Lara, Sore Mati': Sejarah Pagebluk dan Penanggulangannya di Jawa Awal Abad XX
Autor: | Heri Priyatmoko, Fransisca Tjandrasih Adji |
---|---|
Rok vydání: | 2021 |
Zdroj: | Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya.. 22:43-64 |
ISSN: | 2598-4209 1411-5239 |
DOI: | 10.52829/pw.297 |
Popis: | Seabad lebih sebelum Covid-19 memporakporandakan sendi kehidupan, Yogyakarta dan Surakarta sebagai kota kerajaan telah menghadapi bencana pageblug yang menyebabkan banyak kematian. Artikel ini bertujuan mengkajifenomena pageblug di perkotaan Jawa periode kolonial dengan menggunakan perspektif sejarah lokal. Data berupa naskah, arsip, dan media massa dikumpulkan dari perpustakaan. Dengan metode sejarah, diketahui bahwa sebaran penyakit influenza dan pes mengakibatkan pemerintah kolonial bersama pembesar kerajaan kelabakan. Perayaan budaya seperti Garebeg Sekaten juga ditiadakan lantaran berpotensi memicu penularan penyakit. Serangan wabahyang menggila ini diatasi dengan mendatangkan dokter, menyuntikkan vaksin, dan menyediakan tempat karantina bagi warga yang terkena wabah. Temuan menarik lainnya adalah masyarakat Jawa memiliki cara alternatif mencegah penyakit menular dengan memanfaatkan pengetahuan warisan leluhur, seperti jamu atau pengobatan tradisional. Sebagai contoh, sistem pengobatan tradisional Jawa yang tersurat dalam Serat Primbon Reracikan Jampi Jawi 1-3 koleksi Perpustakaan Sasana Pustaka, Kasunanan Surakarta memamerkan betapa tingginya kesadaran masyarakat terhadap aspek kesehatan. Kenyataan ini didukung pula dengan kesadaran hidup bersih. Persoalan kesehatan tidak sekadar urusan jamu dan obat tradisional, namun kebiasaan hidup bersih juga menjadi kunci dalam menjaga kesehatan. Itulah local knowledge yang tidak ternilai. Pada masa pandemik Covid-19, pemanfaatan jamu dan pembiasaan hidup bersih kembali digencarkan. Realitas ini membuktikan bahwa pengalaman nenek moyang di masa lalu masih relevan bagi kehidupan kontemporer. Oleh sebab itu, masyarakat modern perlu menengok, mempelajari, dan mendayagunakan peninggalan kakek moyang. Terkait aspek jamu, perlu adanya saintifikasi jamu, pengedukasian masyarakat tentang jamu, serta pembudidayaan bahan jamu. |
Databáze: | OpenAIRE |
Externí odkaz: |